Sabtu, 26 April 2014

PESONA ALAM DANAU TIGA WARNA DI GUNUNG KELIMUTU (N.T.T)

 

Pulau Flores di Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki beberapa tempat wisata yang menarik dikunjungi para wisatawan. Banyak sekali keindahan alam yang menakjubkan di pulau ini. Salah satunya berada di puncak Gunung Kelimutu, yakni Danau Kelimutu. Danau Kelimutu sering juga disebut dengan Danau Tiga Warna, karena danau ini memiliki tiga warna yang berbeda. Uniknya warna air danau tersebut berubah-ubah seiring waktu berjalan.

Keunikan warna itulah yang membuat para wisatawan mengunjungi obyek wisata ini. Kelimutu sendiri merupakan gabungan dari kata “keli” yang berarti gunung, dan “mutu” yang berarti mendidih. Danau ini terletak di Desa Pemo, Kecamatan Kelimutu, Kabupaten Ende, NTT. Untuk mencapai danau ini, wisatawan harus menempuh perjalanan sekitar 45 km dari Ende atau 13 km dari Kampung Moni.

Untuk menikmati indahnya danau tersebut, wisatawan hanya membayar retribusi sebesar Rp 2.000. Jalan masuk menuju tepi danau berupa anak tangga dan jalan bebatuan ditempuh dengan berjalan kaki. Waktu paling baik untuk mengunjungi Danau Tiga Warna adalah pagi hari.

Selain keindahan alam yang membuat decak kagum siapa pun yang melihatnya, Danau Tiga Warna juga sampai saat ini masih lekat dengan legenda yang dipercaya oleh masyarakat setempat. Menurut kepercayaan penduduk setempat, warna-warni danau ini memiliki arti masing-masing dan memiliki kekuatan alam yang sangat dahsyat.


Saat ini Danau Kelimutu menyuguhkan pemandangan danau 3 warna yang pada waktu tertentu warnanya dapat berubah yaitu Warna Biru atau "Tiwu Nuwa Muri Koo Fai" diyakini oleh penduduk setempat menjadi tempat berkumpulnya orang-orang meninggal di usia muda.

Warna Merah atau "Tiwu Ata Polo" diyakini menjadi tempat berkumpul arwah orang-orang yang semasa hidupnya sering melakukan perbuatan jahat. Sedangkan Warna Putih atau "Tiwu Ata Mbupu" diyakini oleh warga desa sebagai tempat berkumpulnya arwah-arwah leluhur mereka yang meninggal ketika mereka tua.

Selain itu, masyarakat setempat percaya bahwa danau tersebut adalah danau keramat dan memberikan kesuburan pada daerah sekitarnya. Maka tak jarang sering diadakan upacara adat di danau tersebut di mana masyarakat memberikan persembahan hasil bumi kepada arwah di danau tersebut.

Selain memiliki danau, Gunung Kelimutu juga menyimpan pesona flora dan fauna yang tidak kalah menarik. Di sekeliling gunung, wisatawan dapat menemukan tumbuh-tumbuhan yang jarang ditemukan di wilayah Flores lainnya sperti pinus, cemara, kayu merah dan edelweis. Sedangkan ragam fauna yang terdapat di hutan Kelimutu adalah rusa, babi hutan, ayam hutan, elang dan lain-lain.



Wisatawan di Danau Tiga Warna, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur. Saat ini Gunung Kelimutu banyak dikunjungi sebagai obyek wisata trekking. Untuk memulai trekking ke Gunung Kelimutu, Anda dapat melakukannya dari Desa Moni menggunakan kendaraan truk sejauh kira-kira 13 km untuk sampai di bibir danau.

Di sekitar danau terdapat pondok jaga, tempat berteduh untuk wisatawan, dan toilet, serta beberapa losmen kecil bagi para wisatawan yang hendak menginap, juga beberapa restoran. Perlu diketahui bahwa waktu terbaik untuk mengunjungi Danau Tiga Warna adalah bulan Juli dan Agustus.




Sabtu, 19 April 2014

Analisa Puisi BELAJAR MEMBACA karya Sutardji Calzoum Bachri

Belajar Membaca

kakiku luka
luka kakiku
kakikau lukakah
lukakah kakikau
kalau kakikau luka
lukakukah kakikau
kakiku luka
lukakaukah kakikau
kakiku luka
lukakaukah kakiku
kalau lukaku lukakau
kakiku kakikaukah
kakikaukah kakiku
kakiku luka kaku
kalau lukaku lukakau
lukakakukakiku lukakakukakikaukah
lukakakukakikaukah lukakakukakiku

Karya : Sutardji Calzoum Bachri 1979

 

Analisa dalam puisi ini :
Kakiku luka di pembukaan puisi ini menginterpretasikan bahwa penyair mendapat duka/ musibah/ peristiwa yang tidak mengenakkan hatinya. Dipertegas lagi bahwa duka yang didapatnya begitu menyakitkan dengan kalimat kedua luka kakiku. Dipertegas dengan cara meletakkan luka sebagai subjek dikalimat kedua dan menekan penderitanya yaitu kaki yang kurang diperjelas dikalimat pertama. 

Arti makna dalam puisi ini :
Kalimat ketiga dan keempat berupa pertanyaan yang artinya “mungkin” dapatkah kau merasakan sakitnya perasaanku? Saat bagaimana? Kalau kakiku luka. Lukakukah kakikau. Penggambarannya kalau digabungkan dengan kalimat pertama dan seterusnya kalau aku merasakan duka, dan kau ikut sedih, dukaku kah yang engkau sedihkan itu? Dipertegas dengan diulangnya kalimat pertanyaan kalau kakikau luka, lukakukah kakikau? Selanjutnya, bila dukaku ini dukamu juga (seperti apa yang dikatakan oleh sahabat saat sahabatnya merasakan duka yang menyakitkan) benarkah kau merasakan sama sakitnya dengan yang kurasakan seakan-akan hatiku yang sakit ini adalah hatimu. Atau kau hanya ikut merasakan sedih-sedih saja, tetapi tidak sesedih hatiku, bagaimana kau bisa tahu sakitnya perasaanku. Itulah yang dimaksudkan oleh penyair dalam kalimat
kalau lukaku lukakau
kakiku kakikaukah
kakikaukah kakiku
dipenutup puisi ini, masih pertanyaan yang sama dengan lebih dipertegas lagi dengan pernyataan bahwa penyair merasakan sakit yang terlalu menusuk sehingga tak dpat lagi menahannya sendiri. Hal ini digambarkan dengan menambah kata kaku di belakang kata kakiku luka. Dengan keadaan duka yang sangat menyakitkan ini, dipertanyakan lagi hal yang sama dengan emosi yang lebih ditekan oleh penyair.
lukakakukakiku lukakakukakikaukah
lukakakukakikaukah lukakakukakiku

Interpretasi :
Bahwa penyair mendapat duka/ musibah/ peristiwa yang tidak mengenakkan hatinya.

Apresiasi :
Setiap individu tidak bisa menahan luka / beban seorang diri dan membutuhkan orang lain sebagai tempat bersandar / berbagi cerita untuk meringakan penderitaanya.
Kesimpulan :
kata-kata yang ditulis Sutardji dalam puisi “BELAJAR MEMBACA” dirupakan sebagai symbol renggangnya komunikasi antar manusia. Dimana orang yang saling cuek dikarenakan kesibukannya masing-masing sehingga budaya timur yang ikut merasakan penderitaan orang lain, sehingga ada perasaan yang tertekan dan rasa ingin meringankan penderitaan orang lain sudah mulai hilang