Akulturasi
adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia
dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan
asing. Dan kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah dalam
kebudayaannya sendiri tanpa menyebabkan hilangnya unsur kebudayaan
kelompok itu sendiri.
Akulturasi
merupakan sebuah istilah dalam ilmu Sosiologi yang berarti proses
pengambil alihan unsur-unsur (sifat) kebudayaan lain oleh sebuah
kelompok atau individu. Adalah suatu hal yang menarik ketika melihat dan
mengamati proses akulturasi tersebut sehingga nantinya secara evolusi
menjadi Asimilasi (meleburnya dua kebudayaan atau lebih, sehingga
menjadi satu kebudayaan). Menariknya dalam melihat dan mengamati proses
akulturasi dikarenakan adanya Deviasi Sosiopatik seperti mental disorder
yang menyertainya. Hal tersebut dirasa sangat didukung faktor
kebutuhan, motivasi dan lingkungan yang menyebabkan seseorang bertingkah
laku.
Akulturasi
budaya dapat terjadi karena keterbukaan suatu komunitas masyarakat akan
mengakibatkan kebudayaan yang mereka miliki akan terpengaruh dengan
kebudayaan komunitas masyarakat lain. Selain keterbukaan masyarakatnya,
perubahan kebudayaan yang disebabkan “perkawinan“ dua kebudayaan bisa
juga terjadi akibat adanya pemaksaan dari masyarakat asing memasukkan
unsur kebudayaan mereka. Akulturasi budaya bisa juga terjadi karena
kontak dengan budaya lain, system pendidikan yang maju yang mengajarkan
seseorang untuk lebih berfikir ilmiah dan objektif, keinginan untuk
maju, sikap mudah menerima hal-hal baru dan toleransi terhadap
perubahan.
Contoh-contoh dari hasil akulturasi budaya sangat beraneka ragam. Dalam bidang kesenian, arsitektur, agama dan lain-lain.
- Bentuk bangunan Masjid Sunan Kudus adalah salah satu akulturasi antara Hindu-Islam.
- Candi-candi
di Indonesia sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa
Indonesia dengan seni Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan
akulturasi budaya bangsa Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil
bangunan zaman megalitikum yaitu bangunan punden berundak-undak yang
mendapat pengaruh Hindu Budha. Candi Borobudur merupakan wujud dari
akulturasi antara agama Hindu-Budha di Indonesia.
- Bangunan
rumah di daerah Kota, Jakarta Utara dan Juga Museum Fatahillah Jakarta
merupakan wujud akulturasi dari kebudayaan yang dibawa oleh
bangsa-bangsa Eropa ketika menjajah Indonesia. Bangunan Museum
Fatahillah menyerupai Istana Dam di Amsterdam, yang terdiri atas
bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan
sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan
ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.
- Selain
dalam bidang arsitektur, akulturasi budaya juga berpengaruh dalam
bidang kesenian. Cabang seni rupa yang berkembang adalah seni ukir dan
seni lukis. Pola-pola hiasannya meniru zaman pra-islam, seperti
daun-daunan, bunga-bungaan, bukit-bukit karang, pemandangan, garis-garis
geometri, kepala kijang, dan ular naga. Contoh, masjid yang di hias
dengan ukiran adalah masjid Mantingan, dekat jepara yang terdapat
lukisan kera, ukiran gapura di candi Bentar di Tembayat, Klaten, yang
dibuat pada masa Sultan Agung pada tahun 1633, dan gapura Sendang Duwur
di Tuban. Pada zaman islam juga berkembang seni rupa yang disebut
kaligrafi, yaitu seni menulis indah .
- Kesusastraan
pada zaman islam banyak berkembang di daerah sekitar selat malaka
(daerah melayu) dan jawa. Kebanyakan karya sastra pada zaman islam yang
sampai pada kita sekarang ini telah berubah dalam bentuknya yang baru,
baik bahasa maupun susunannya. Pengaruh yang kuat dalam karya sastra
pada zaman itu berasal dari Persia. Misalnya, Hikayat Amir Hamzah,
Hikayat Bayan Budiman, dan Hikayat 1001 malam (alif laila wa laila).
- Perwayangan
di daerah jawa dan sekitarnya yang mengangkat cerita Ramayana dan
Mahabarata merupakan wujud akulturasi kebudayaan antara Hindu-Budha di
bidang kesenian.
- Tari
Betawi. Sejak dulu orang Betawi tinggal di berbagai wilayah Jakarta.
Ada yang tinggal di pesisir, di tengah kota dan pinggir kota. Perbedaan
tempat tinggal menyebabkan perbedaan kebiasaan dan karakter. Selain itu
interaksi dengan suku bangsa lain memberi ciri khas bagi orang Betawi.
Tari yang diciptakanpun berbeda. Interaksi orang Betawi dengan bangsa
Cina tercipta tari cokek, lenong, dangambang kromong.
- Tersebarnya
agama Islam ke Indonesia maka berpengaruh terhadap bidang aksara atau
tulisan, yaitu masyarakat mulai mengenal tulisan Arab, bahkan berkembang
tulisan Arab Melayu atau biasanya dikenal dengan istilah Arab gundul
yaitu tulisan Arab yang dipakai untuk menuliskan bahasa Melayu tetapi
tidak menggunakan tanda-tanda a, i, u seperti lazimnya tulisan Arab. Di
samping itu juga, huruf Arab berkembang menjadi seni kaligrafi yang
banyak digunakan sebagai motif hiasan ataupun ukiran dan gambar wayang.
- Alat
musik Tanjidor selain mendapat pengaruh dari budaya Cina, kesenian
Betawi dipengaruhi oleh beragam budaya dari Eropa. Orkes Tanjidor,
misalnya, mulai ada sejak abad ke-18. Konon salah seorang Gubernur
Jenderal Belanda, Valckenier menggabungkan rombongan 15 orang pemain
alat musik tiup Belanda dengan pemain gamelan, pesuling Cina, dan
penabuh tambur Turki untuk memeriahkan pesta.
- Orkes
Gambus. Budaya Timur Tengah ternyata juga memiliki pengaruh kuat dalam
khasanah Betawi, hal ini terbukti bahkan sampai saat ini di seantero
Jakarta terdapat puluhan grup orkes gambus. Orkes ini biasanya
ditampilkan di acara pesta perkawinan untuk mengiringi para penyanyi
gambus baik laki maupun perempuan. Mereka biasanya membawakan lagu-lagu
gambus dengan lirik religius maupun lagu-lagu cinta berbahasa Arab.
- Wayang
Betawi. Salah satu produk budaya Betawi hasil akulturasi dari budaya
Jawa dan Sunda adalah wayang. Namun demikian, pengaruh Sunda lebih
tampak dalam kesenian ini. Mungkin secara geografis memang lebih dekat.
Misalnya dalam hal penggunaan bahasa. Dalam wayang digunakan bahasa
Betawi campur Sunda. Dalam dunia pewayangan Betawi dikenal dua jenis
wayang: Wayang Kulit (dalang terkenalnya H. Surya Bonang alias Ki Dalang
Bonang), serta Wayang Golek (dalang terkenalnya Tizar Purbaya).
Umumnya, wayang Betawi mengambil lakon tentang kehidupan kerajaan di
dunia pewayangan. Ada pula tokoh komedi Udel (persamaannya Cepot di
dalam Sunda).
- Pakaian
Adat Betawi, orang Betawi pada umumnya mengenal beberapa macam pakaian.
Namun yang lazim dikenakan adalah pakaian adat berupa tutup kepala
(destar) dengan baju jas yang menutup leher (jas tutup) yang digunakan
sebagai stelan celana panjang Melengkapi pakaian adat pria Betawi ini,
selembar kain batik dilingkari pada bagian pinggang dan sebilah belati
diselipkan di depan perut. Para wanita biasanya memakai baju kebaya,
selendang panjang yamg menutup kepala serta kain batik. Pada pakaian
pengantin, terlihat hasil proses asimilasi dart berbagai kelompok etnis
pembentuk masyarakat Betawi. Pakaian yang digunakan pengantin pria, yang
terdiri dari: sorban, jubah panjang dan celana panjang banyak
dipengaruhi oleh kebudayaan Arab. Sedangkan pada pakaian pengantin
wanita yang menggunakan syangko (penutup muka), baju model encim dan rok
panjang memperlihatkan adanya pengaruh kebudayaan Cina Uniknya,
terompah (alas kaki) yang dikenakan oleh pengantin pria dan wanita
dipengaruhi oleh kebudayaan Arab.
- Tari
Kcak adalah pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan pada tahun
1930-an dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan
oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris
melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan “cak” dan mengangkat
kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu
Rama melawan Rahwana. Namun demikian, Kecak berasal dari ritual
sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi
tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan
kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat. Para penari
yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan
catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para
penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta,
Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa. Lagu tari Kecak diambil dari ritual
tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya
digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan
tokoh-tokoh Ramayana. Ini merupakan akulturasi kebudayaan Hindu-Budha di
Indonesia.
Perkembangan kebudayaan Indonesia saat ini banyak didominasi dengan
budaya-budaya asing yang dinilai lebih praktis dibandingkan dengan
kebudayaan local.
Berikut Faktor-faktor Pendorong Hilangnya Budaya Indonesia:
A. Masuknya Budaya Asing
Budaya asing saat ini banyak mewarnai budaya Indonesia, masuknya
budaya asing dinilai sebagai salah satu penyebabnya. Contoh masuknya
budaya asing terjadi pada :
- Cara Berpakaian. Sekarang ini masyarakat Indonesia lebih
menyukai berpakaian yang lebih terbuka seperti bangsa barat yang
sebenarnya tidak sesuai dengan adat ketimuran bangsa Indonesia yang
dianggap berpakaian lebih sopan dan tertutup.
- Alat Musik. Perkembangan alat musik saat ini juga dibanjiri
dengan masuknya budaya asing, kita dapat mengambil contoh dari
kebudayaan asli betawi di Jakarta, pada saat ini sudah tidak ada lagi
terdengar alat musik Tanjidor musik khas dari tanah Betawi, saat ini
yang sering kita dengar adalah alat-alat musik modern yang biasanya
menggunakan tenaga listrik.
- Permainan Tradisional. Bahkan masuknya budaya asing juga
mempengaruhi permainan tradisional, seperti permainan gangsing atau
mobil-mobilan yang terbuat dari kayu, pada saat ini sudah jarang kita
temukan, yang saat ini kita temukan adalah produk-produk permainan yang
berasal dari Cina, seperti mainan mobil remote control yang berbahan
baku besi atau plastic.Serta berbagai macam yang lainnya seperti
tarian, rumah adat, makanan, adat-istiadat dan kesenian atau hiburan
telah didominasi budaya asing.
B. Kurangnya Kesadaran
Bangsa Indonesia harus memiliki jati diri dengan cara mempertahankan
nilai-nilai budaya, saat ini masyarakat kita tidak peduli budaya yang
masuk itu dapat merusak atau tidak, namun pada kenyataannya masyarakat
sekarang lebih senang menerima budaya asing dibandingkan melestarikan
budaya local atau tradisional, yang sebenarnya dapat mengakibatkan
hilangnya budaya Indonesia.
- Kemajuan Teknologi dan Peralatan Hidup
Kemajuan teknologi juga sebagai pendorong hilangnya budaya Indonesia,
contohnya adalah pada saat ini banyak seseorang yang dituntut untuk
dapat bekerja secara cepat dan efisien, maka seseorang akan lebih
memilih teknologi yang lebih maju untuk mendukung pekerjaannya
dibandingkan dengan peralatan tradisional yang labih lambat.
C. Dampaknya bagi masyarakat Indonesia
Masuknya budaya asing di Indonesia juga berdampak pada masyarakat. Berikut dampaknya bagi masyarakat Indonesia:
1. Dampak Positif :
- Dapat mempelajari kebiasaan, pola pikir dan perilaku bangsa2 yg
maju sehingga mampu mendorong kita untuk lebih baik lagi dan maju
seperti mereka.
- Adanya kemudahan untuk memperlihatkan dan memperkenalkan kebudayaan negeri kita sendiri ke luar negeri
- Terjadinya akulturasi budaya yg mungkin bisa menciptakan kebudayaan baru yg unik.
2. Dampak Negatif:
- Dapat menghilangkan kebudayaan asli Indonesia,
- Serta dapat terjadi proses perubahan social didaerah yang dapat
mengakibatkan permusuhan antar suku sehingga rasa persatuan dan kesatuan
bangsa menjadi goyah.
- Masuknya budaya asing yg lebih mudah diserap dan ditiru oleh
masyarakat baik tua maupun muda, dan parahnya yg ditiru biasanya yg
jelek2. Meniru perilaku yg buruk
- Adanya globalisasi bisa memungkinkan hilangnya suatu kebudayaan
karena adanya percampuran antara kebudayaan lokal dgn kebudayaan dr
luar, bisa juga karna memang tidak ada generasi penerus yg melestarikan
budaya tsb.
- Mudah terpengaruh oleh hal yg berbau barat. Generasi muda lupa akan
identitasnya sebagai bangsa Indonesia karena perilakunya banyak meniru
budaya barat.
- Menumbuhkan sifat dan sikap individualisme, tidak adanya rasa
kepedulian terhadap orang lain. Padahal bangsa indonesia dulu terkenal
dgn gotong royong